Thursday 14 February 2013

Kisah hidup Dracula

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu
contoh bentuk manipulasi sejarah yang
begitu nyata yang dilakukan Barat.

Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang
kemudian dihasilkan seolah-olah menjadi
tokoh yang nyata oleh Barat, tetapi
Dracula merupakan keterbalikannya
­, tokoh
fakta dijadikan fiksi.
Diawali dari novel karya Bram Stoker yang
berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai
difilmkan seperti Dracula’s Daughter
(1936), Son of Dracula (1943), Hoor of of
Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang
dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-
film dracula yang lain yang dikemas dalam
bentuk yang lebih moden seperti Twilight.
Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai
Umat Islam Dalam Perang Salib” karya
Hyphatia Cneajna , kisah Dracula
sebenarnya merupakan pembesar
Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.
Dalam uraian Hyphatia tersebut, kisah
Dracula tidak boleh diceritakan paska
Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika
peperangan antara Kerajaan Turki
Ustmaniyah sebagai wakil Islam, dan
Kerajaan Hungary sebagai wakil Kristen.
Keduanya tersebut berusaha menguasai
dan merebutkan wilayah-wilayah­ baik
Eropa maupun di Asia . Puncak peperangan
ini adalah jatuhnya Konstantinopel,­ yaitu
ketika benteng Kristian ada di tangan
kekuasaan khilafah Ustmaniyah.
Dalam peristiwa Perang Salib, Dracula
merupakan salah seorang panglima
tentera Salib. Dalam perang inilah Dracula
banyak melakukan pembunuhan terhadap
umat Islam. Hyphatia memaparkan jumlah
korban kekejaman Dracula mencapai
300.000 jiwa umat Islam. Korban-korban
tersebut dibunuh dengan berbagai cara
yang sangat biadab dan kejam, yaitu
dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya,
dan yang paling kejam adalah disula.
Penyulaan merupakan cara penyiksaan
yang amat kejam, yaitu seseorang itu
ditusuk dubur dengan kayu sebesar lengan
tangan orang dewasa yang ujungnya
ditajamkan. Korban yang telah ditusuk
kemudian dimasukan sehingga kayu sula
tersebut menembus hingga perut,
kerongkongan hingga menembus kepala
melalui mulut.
Hyphatia mengatakan dalam bukunya :
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula
memerintahkan penyulaan segera
dimulakan. Para prajurit melakukan
perintah tersebut seolah seperti robot
yang telah dipogram. Penyulaan disulami
dengan teriakan kesakitan dan jeritan
penderitaan yang segera memenuhi segala
penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam
pada saat itu sedang dijemput ajal dengan
cara yang begitu mengerikan. Mereka tak
sempat lagi mengingat kenangan indah
dan manis yang pernah mereka alami.”
Tidak hanya orang dewasa saja yang
menjadi korban kekejaman penyulaan, tapi
juga bayi. Hyphatia memberikan
pemaparan tetang penyulaan terhadap
bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat
menangis kerana mereka kesakitan yang
amat apabila hujung kayu menembus perut
kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu
meregang di kayu sula untuk menjemput
ajalnya.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan
di atas itulah yang selama ini
disembunyikan oleh Barat. Menurut
Hyphatia hal ini terjadi kerana dua sebab.
Pertama, pembunuhan beramai – ramai
yang dilakukan Dracula terhadap umat
Islam tidak boleh dihapuskan dari Perang
Salib.
Negara – negara Barat yang pada masa
Perang Salib menjadi tunggak utama
tentera Salib, tidak mau tercoreng
wajahnya. Mereka termasuk yang
mengutuk dan menentang pembunuhan
beramai – ramai oleh Hilter dan Pol Pot,
tidak ingin membuka aib mereka sendiri.
Dan ini sudah menjadi tabiat Barat yang
selalu ingin tampil seperti pahlawan.
Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi
pasukan Salib. Walau bagaimana pun
kejamnya Dracula, nama baiknya akan
selalu dilindungi. Sehingga di Rumania
saat ini, Dracula masih dianggap
pahlawan. Sebagaimana sebahagian besar
sejarah pahlawan – pahlawan pasti akan
diambil sebagai superhero dan dibuang
segala kejelekan, kejahatan dan
kelemahannya.
Untuk menutup kekejaman mereka, Barat
terus-menerus menyembunyikan siapa
sebenarnya Dracula. Mereka berusaha
agar sejarah jati diri Dracula yang
sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus
diakui bahwa usaha Barat untuk mengubah
sejarah Dracula dari fakta menjadi fiksi ini
cukup berhasil.
Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat
dengan banyaknya masyarakat, khususnya
umat Islam sendiri yang tidak mengetahui
tentang siapa sebenarnya Dracula.
Masyarakat umum hanya mengetahui
bahwa Dracula adalah merupakan lagenda
vampire yang kehausan darah, tanpa
mengetahui kisah sebenarnya.
Selain membongkar kebohongan yang
dilakukan oleh Barat, dalam bukunya
Hyphatia juga mengupas makna salib
dalam kisah Dracula. Seperti yang telah
diketahui umum bahawa penggambaran
Dracula yang telah menjadi fiksi tidak
boleh dilepaskan dari dua benda, yaitu
bawang putih dan salib.
Konon hanya dengan kedua benda tersebut
Dracula akan takut dan dikalahkan.
Menurut Hyphatia penggunaan simbol
salib merupakan cara Barat untuk
menghapus jejak sejarah pahlawan
mujahid-mujahid­ Islam dalam perang
salib, sekaligus untuk menunjukkan
kehebatan mereka.
Sultan Mahmud II (di Barat dikenal
sebagai Sultan Mehmed II) dan juga
dikenali sebagai Al- Fateh dalam sejarah
Islam. Sultan ini merupakan penakluk
Konstantinopel yang sekaligus penakluk
Dracula, ia adalah seorang yang telah
mengalahkan dan memenggal kepala
Dracula di tepi Danua Snagov. Namun
barat berusaha memutarbalikkan­ fakta ini.
Mereka berusaha menciptakan cerita
sejarah agar merekalah yang terlihat
mengalahkan Dracula. Maka diciptakan
sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh
dikalahkan oleh salib. Tujuannya adalah
ingin menghilangkan peranan Sultan
Mahmud II sekaligus untuk menunjukkan
bahwa merekalah yang paling hebat, yang
bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah.
Sumber:

No comments:

Post a Comment